Kamis, 01 Januari 2009

Baru Semalam

Baru Semalam
">

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan…”

(QS. An-Nasr:1)

Mentari menampakkan diri dalam relung kesedihan melewatkan malam berbintang ruam. Angin yang setengah-setengah berhembus seolah terengkuh dalam relungan.

Beberapa jam setelah pergantian tahun. Terhitung baru semalam, kembang api terbesar di seluruh belahan dunia dinyalakan, meruak indahnya gelap langit di malam hari. Terhitung baru semalam, terompet di tiap-tiap rumah dibunyikan. Meriah. Memecah mengalahkan hingar bingar perdagangan di siang hari. Terhitung baru semalam, tanah bergetar mengikuti derap langkah ke sana-kemari penyanyi seiring harmoni lagu yang dibawakan. Lalu diikuti oleh hentakan beribu bahkan berjuta jiwa yang menyaksikan di hadapannya. Sesak memenuhi lapangan. Terhitung baru semalam seruan dan tawa dilontarkan. Kuat, keras, dan berkelanjutan, saling tak mau kalah antara yang satu dengan yang lain.

Itulah saat-saat pada malam pergantian tahun baru. Bergantinya angka Masehi yang tak terasa telah menyentuh bilangan sebesar 2009. Itulah ritual sambutan paling meriah sepanjang tahun kemarin. Penyambutan tahun baru.

Namun, hari ini hari keenam saudara-saudaraku di Palestina menangis lebih keras dari hari-hari kemarin. Merasakan semakin beratnya hidup yang harus dijalani. Tanpa rajukan berarti. Hambatan demi meraih kedamaian berkehidupan yang bertambah besar dalam pandangan mereka.

Telah lebih dari 400 jiwa dari sanak keluarga harus mereka relakan demi bertahan hidup dalam lima hari ini. Dan mereka masih terus berjuang. Jiwa-jiwa yang telah syahid, tak perlu berlama-lama mereka renungkan, karena pada keyakinan mereka, dalam beberapa jam, menit, atau bahkan detik selanjutnya, mereka akan menyusul saudara-saudaranya yang telah merasakan ketenangan.

Syahid di jalan-Nya dan kebebasan dalam berkehidupan. Hanya itu alasan mereka untuk mengerahkan seluruh jiwa dan raga demi senjata perang musuh yang tak henti-hentinya merenggut nyawa kakak, adik, bahkan yang terkasihi sekalipun. Demi tegaknya agama, mereka harus rela melangkah dengan iringan bom di kanan, gertakan di kiri, bahkan rudal yang sedang menuju padanya dari arah depan.

Sesungguhnya saudara-saudaraku adalah bangsa yang kuat tangguh, dan tak terkalahkan. Tak mungkin dipungkiri. Makanan mereka adalah sejuknya air wudlu. Nafas mereka adalah tenangnya dzikir. Namun, sayangnya, tidur mereka adalah kesigapan terhadap roket-roket yang telah menunggu dilontarkan.

Bukan di siang hari, tidak pula di malam hari. Namun, sepanjang hari semangat berjihad mereka selalu ada. Mereka tidak menyerah, tidak pula putus asa, kawan. Justru semakin banyak rudal yang harus mereka terima, semakin kuat tekad mereka untuk menang. Agar dapat dibuktikannya pada dunia, “Inilah kami, bangsa yang menang atas pertolongan Tuhan-nya.”




1 komentar:

good girl gone bad mengatakan...

miris ya
di satu belahan bumi, saudara2 kita sedang berjuang hanya untuk bertahan hidup
sementara di belahan bumi lain
org2 bersenang2 menyambut datangnya tahun baru