Rabu, 29 Juli 2009

Fiuh

Lama banget nggak mengisi blog
isi pakai ini 'aja deh...
lagi iseng2 bikin buat gambar grup TL di FB,
daripada gambar grupnya cuma tanda tanya...




Jumat, 17 Juli 2009

Syukur

Allah memang tahu caranya membuat manusia mensyukuri nikmat akan sehat lewat sakit

Minggu, 12 Juli 2009

Senang

Akhir2 ini saya merasa SENANG karena entah kenapa tiba2 saja senang.
Baguslah...

(Bukan) Tentang Anak Kecil

Kemarin, 12 Juli 2009, saya dan beberapa teman (kel.43 capanlap PROKM 2009) pergi ke Gelap Nyawang untuk melakukan pengmas. Rencananya hari itu cuma cari2 informasi ke pemilik tempat makannya.

Di rumah makan Kabitha, pertama kami didatangi oleh Bapak2 sekitar umur 40/50-an ke atas, seorang pemain suling Sunda. Saya spontanitas menyapanya, mempersilahkan Beliau duduk lalu mengajaknya ngobrol sebentar. Namanya Pak Aziz, rumahnya di Cibiru (jauh), tidak punya istri (apalagi anak). Kakaknya ada 5 dan ada yang bekerja sebagai sopir.

Ketika saya tanya apakah ia hanya bekerja meniup suling saja, beliau menganggukkan kepala. Saya tanya lagi. Apakah hasil kerjanya itu mencukupi? Dia ngangguk2 lagi. Ketika berinteraksi, cukup aneh juga karena si bapak ini sepertinya kurang mengerti arah obrolan saya.
Tiba2 beliau mengeluarkan selembar kertas A4 yang telah dilipat.
Beliau berkata, "Rumah saya..."

Karena saya bingung, saya terima saja. Lalu beliau pergi.

Saya kemudian membuka lipatan kertasnya dan mendapati bahwa kertas itu adalah Surat Keterangan Bantuan dari RT untuk penyandang cacat mental.
Waduh...ternyata bapak itu cacat mental toh. Tapi aneh juga ya, dia cacat mental apa ya? Apa setiap orang yang berbaik hati ngajak ngobrol dia, selalu dia kasih surat itu? Soalnya saya intip di tasnya memang banyak kertas2.
Hal yang paling dulu kepikiran, sepertinya si bapak ini disuruh ya sama orang lain. Disuruh ngasih kertas itu kalo ada orang yang tiba2 ngajak ngobrol. Maksudnya buat kasih sumbangan, ke rumahnya gitu...secara dia kan punya 'kekurangan'.

Lalu obrolan berlanjut ketika ada pengamen anak kecil masuk. Umurnya mungkin sekitar 6 tahun. Bawa kecrekan. Ia menyanyikan lagu The Virgin. Saya ajak dia kenalan. Namanya Dahlan, tinggal di Pasir Koja (jauh), tidak bersekolah tapi mau sekolah.
Karena saya muak dengan anak2 kecil yang suka nyanyi lagu orang dewasa, saya meminta Dahlan untuk nyanyi lagu anak2.

Mas/jeng tahu jawabannya?

Ia cuma geleng-geleng.
"Lagu Balonku bisa, Dahlan?"
Ia geleng-geleng lagi.
"Lagu anak2 lain?"
Geleng-geleng lagi.
"Yah...masa ANAK KECIL GA BISA LAGU ANAK-ANAK?"
Dahlan nyengir-nyengir.

Ya ampun. Ya sudah saya kasih dia sedikit uang sambil berkata,
"Belajar lagu anak-anak, ya! Terus uangnya ditabung buat sekolah (walaupun saya yakin uang itu pasti diambil orang tuanya)."
Lalu si Dahlan pergi.

Begini ya anak-anak Indonesia.
Jadi dewasa sebelum waktunya...

Rabu, 08 Juli 2009

SELAMAT

Barusan saya dapat SMS dari SELAMAT (bukan nomor HP) berisi:

Selamat atas partisipasinya!
Coba dapatkan Rp 7 juta/ bulan.
Kamu telah terpilih untuk berpartisipasi
Kirim REG UANG ke 9877.

CALL 021-52971*** (sensor-lah cuy)

Kalau saya lihat, ada yang aneh di sini.
Pertama, sejak kapan saya pernah berpartisipasi? Melirik iklannya di TV saja ogah.
Kedua, di baris pertama, SELAMAT ATAS PARTISIPASINYA. Sedangkan di baris ketiga, KAMU TELAH TERPILIH UNTUK BERPARTISIPASI. Bah...jadinya saya 'udah berpartisipasi terus dikasih selamat atau memang belum berpartisipasi dan akhirnya dipilih? ANEH.
Ketiga
, ada pertanyaan muncul di benak saya. Apa gara2 nggak ada yang berpartisipasi sampai2 Mas/Jeng SELAMAT ini harus mencari orang untuk berpartisipasi? Hahaha.

Makanya ya Mas/Jeng SELAMAT, mbok dipikirkan dulu kata-katanya kalau mau kirim SMS. Kalau mau kirim yang sejenis, nggak apa2. Nanti tak masukin blog saya lagi, khusus membahas kesalahan kalimatnya. Hahaha.

Salah Satu Kejahatan Yang Indah

Ada sebuah ungkapan tentang perasaan yang sering dikatakan sulit untuk menggambarkannya...

Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.

Sayangnya menulikan telinga itu adalah kejahatan yang indah.

Senin, 06 Juli 2009

SAMPAH...!!!

MeNYAMPAH adalah melakukan kegiatan SAMPAH oleh diri sendiri yang (tidak) SAMPAH ditemani oleh orang-orang sampah pada waktu yang sampah. Sampai2 bisa bilang sampah itu sampah. Sumpah...benar2 sampah semua!
Hahaha...
SENANG (dan terpaksa) meNYAMPAH...

Minggu, 05 Juli 2009

Apakah Mas/Jeng Mahasiswa?

Kemarin, 4 Juli 2009, seperti biasa saya mengikuti diklat ca’pan PROKM 2009. Siang itu entah apa namanya, saya sih menyebutnya Lingkar Wacana karena konsepnya memang mirip seperti itu. Ada mentor, diskusi, dan pembahasan bertema peran mahasiswa.


Langsung saja pada pembahasan yang paling menggugah saya. Yakni ketika mentor saya, kak Rahman Agil (FI 07), memberitahu fakta bahwa pemasukan ITB itu berasal dari 20% BPP&BPPT mahasiswa, 30% proyek dosen, dan 50% uang rakyat. Ya. Uang rakyat yang dimaksud ya yang berasal dari pajak.

JEGER!!!

Baru tahu saya…nggak gaul banget ya?!


Sebenarnya kalau ditarik lebih jauh, bagi saya mahasiswa tidak menghendaki dibiayai oleh rakyat. Rakyat juga tidak menghendaki membiayai mahasiswa. Wong cari makan ‘aja susah. Tapi ya beginilah sistem. Sistem inilah yang membuat mahasiswa dibebani amanah oleh rakyat.


Namun, bagi saya justru amanah ini seharusnya dapat menjadi alasan kuat mengapa mahasiswa harus benar2 mengembangkan kemampuan dan memenuhi kapasitas dirinya selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Ya untuk menjaga sekaligus mengimplementasikan harapan2 yang diinginkan dari amanah tersebut.


Sederhananya, biaya kuliah mas/jeng kan tidak murni berasal dari ORANG TUA mas/jeng ‘aja kan? Ada uang rakyat juga di situ kan? Oleh karena itu, kalau ada mahasiswa yang berkuliah di ITB, berarti urusannya bukan cuma antara pribadi tersebut, keluarga, dan Tuhan. Tapi ada unsur rakyat juga di situ.


Jadi baru kemarin saya menemukan satu alasan lagi mengapa mahasiswa memiliki peranan penting dalam kemajuan bangsa. Seperti halnya Salam Ganesha. Bakti kamu untukmu: BANGSA. Ya karena mahasiswa ternyata memang memiliki keterikatan terhadap rakyat (bangsa). Mereka dibiayai untuk mencari ilmu oleh rakyat, maka sudah sepantasnyalah ada timbal balik. Tidak heran ya rakyat memiliki harapan besar terhadap mahasiswa. Lha wong uang mereka kita yang pakai kok. Hahaha.


Jadi, kalau kita menyia-nyiakan uang tersebut, sama saja ‘kan ya dengan menyia-nyiakan amanah rakyat?

Lantas, apakah situasi ini menjadikan posisi kita sama seperti para pejabat pemerintahan yang diembani amanah oleh rakyat? Yang apabila disia-siakan, berarti menyebutkan bahwa perilaku mahasiswa sama saja dengan koruptor.

Meskipun amanah diberikan (kepada mahasiswa dan pemerintah) dengan cara yang berbeda dan perlu diwujudkan dengan cara yang berbeda pula, ini tetap disebut amanah ‘kan?


Mungkin sebagian orang berpikir ya. Dan sebagian tidak. Tapi kalau mas/jeng menanyakan kepada saya, saya sendiri akan menjawab “YA”. Karena amanah ya tetap amanah. Apapun bentuknya, tetap harus dijaga sebaik mungkin.


Makanya sekarang saya mulai harus mempertimbangkan jika ingin mengecam kerja pemerintah (yang dianggap negatif oleh media) Perlu untuk dikaji lebih dalam terlebih dahulu dan dicari dari berbagai sumber. Tidak boleh sembarangan menghujat pemerintah. Karena saya tidak mau jadi orang munafik. Menghujat orang lain tapi diri sendiri pun menyia-nyiakan. Tidak mau ah.


Tapi sayangnya ya, berkaitan dengan uang rakyat itu, di akhir pembahasan kak Agil mengucapkan kalimat ini nih:

“Jadi, apakah masih pantas kita BOLOS kuliah?”

Nah kayaknya kalimat itu yang paling kedengaran familiar deh di telinga saya.