Rabu, 07 Januari 2009

eps.3 - Tunggu Tanggal Mainnya

eps.3

Tunggu Tanggal Mainnya


Pada episode ketiga ini, cerita yang disuguhkan bukanlah cerita ceria, akan tetapi merupakan sebuah kisah sedih. Salah satu anggota Trio Kaktus, yakni Kadut, sedang mengalami masa-masa kritis. Oleh karena itu, penulis menyebutnya kisah sedih, kisah sedih di hari Minggu…bukan kisah kehilangan, karena belum waktunya kehilangan. Baru masa-masa kritis.

Cerita ini berawal saat sepulangnya sang majikan Swsn dari libur Natal dan Tahun Baru 2009, ia terkaget-kaget_terkaget-kaget_terkaget-kaget (seperti iklan Bank Mega) melihat kondisi ketiga kaktus yang diletakkan di atas rak sepatu di depan kamarnya telah berubah rupa. Kering mengenaskan. Bahkan dua buah daun Tuti telah patah, dan Kadut keadaannya-sudah-tidak-bisa-dijelaskan lagi. Hanya Karang yang masih tegak berdiri, meskipun batang bawahnya juga menunjukkan tanda-tanda kering-tak-terurus.

Hari ini, 8 Januari 2009, kondisi mereka bertiga semakin mengenaskan. Hanya Karang, yang tampak tidak terlalu mengalami banyak perubahan. Duri-durinya masih tegak menempel pada daging kaktus, hanya batang bawahnya saja yang mulai mengalami kerut-kerut. Mungkin Pond’s Age Miracle-nya belum menunjukkan hasil.

Tuti, yang dua buah daunnya telah patah, kini di ujung-ujung tiap daunnya malah berwarna keunguan, seakan-akan busuk. Dan Kadut, bentuknya sudah tak terlihat. Ia mengering layaknya cicak mati kejepit di belakng lemari lalu menjadi bangkai yang didiamkan selama seminggu. Na’as.

Wiwidhe : Yyyah…aduh…gimana dong? Kaktus gw udah na’as banget nih…

Kadut (dalam hati) : Oh Tuhan, terima kasih telah menganugerahiku majikan yang peduli padaku…

Wiwidhe : Yyyah…aduh…gimana dong? Kalau ditanyain sama U-Green kaktusnya ke mana, gw mesti jawab apa? Masa’ ntar gw dikeluarin dari U-Green? Ah elu sih, Dut…pake kering segala!

Kadut (meringis dalam hati, andaikan air mata dapat mengalir dari pucuk dedaunannya) :

Oh Tuhan…aku ralat deh kata-kata tadi. Empunyaku ternyata orang jahat…

Penulis : Setuju, Dut!

Sudah beberapa hari, tiap malam, sebelum sampai pada hari ini, Kadut sudah berdoa khusyuk. Dalam sujudnya di tiap rakaat Tahajud (gile…tumbuhan aja tahajud,bo!), di setiap malam-malam, ia memohon kepada Tuhan.

Bukan permohonan diberi umur panjang. Bukan. Sebab hal itu tidak mungkin terjadi. Kadut memohon agar si empunya dia cepat dapat jodoh atau minimal pacar yang mau sama dia. Meskipun si empunya tidak mampu merawatnya dengan baik, namun, ia masih berterima kasih atas percikan-percikan air yang telah si empunya, Wiwidhe, berikan padanya.

Ya ampun. Betapa mulianya kaktus kita yang satu ini.

Back to the story. Oleh karena itu, bagi siapapun yang membaca tulisan ini, mohon ucapkanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun” atas umur Kadut yang DIPASTIKAN tidak akan lama lagi. Serta agar si empunya-nya tetap tabah dan dapat jodoh (termasuk penulis juga mau).

Entah kapan tumbuhan kering itu akan habis dibakar sinar mentari, kemudian menjadi butir-butir debu yang beterbangan dan nantinya mengotori serta menimbulkan bau di depan kamar sang majikan Karang, Swsn.

Entah berapa lama lagi Kadut dapat bertahan.

Hal yang sangat disayangkan. Akankah masih ada Trio Kaktus…?

Tunggu tanggal mainnya!

Pemakaman Kadut…tragedi kehilangan tersedih sepanjang bulan ini. Secepatnya.

Doakan (lhoh…malah nge-do’a-in)?

Tidak ada komentar: