Senin, 12 Januari 2009

Musyawarah Kerja Boulevard (2)

Pukul 02.00

Malam yang dingin dan menegangkan sepertinya bagi Nise (Dwi Arryma Niza), dengan (terlihat) ngantuknya, namun tatapan masih tajam dan muka masih memberikan kesan galak. Dalam LPJ ini, saya menangkap bahwa kurangnya koordinasi antara Nise dan staf-staf redaksi serta dengan para pemimpin bidang lainnya-lah yang paling banyak disinggung. Satu hal yang mencengangkan saya bahwa ini kali pertama saya bertemu perempuan dengan tampang berkesan jutek dan bernada bicara galak, tetapi tetap cantik (serius, cantik!) di tengah ketegangannya. Fakta bahwa sebenarnya bukan saya saja yang berpendapat seperti ini. Ha ha ha.

Pukul 03.56

LPJ untuk Nise selesai dilaksanakan. Seperti Windy, semua menerima LPJ-nya. Saya sebenarnya berpikiran bahwa untuk redaksi ini, tidak ada kesalahan berarti. Jadi, pantaslah kalau diterima. Arfah atau Jofa (saya lupa) selaku moderator memberi waktu istirahat. Namun, istirahat diberikan lebih untuk melaksanakan shalat Subuh. Istirahat kali ini merupakan satu-satunya hal yang paling dinantikan oleh semua Boul’ers (kecuali Ray). Karena (gila) semalaman tidak ada waktu untuk tidur. Waktu terlewati (bukannya tak berarti) dengan mendengarkan cercaan-cercaan para petinggi Boulevard terhadap ketiga pejabat Boulevard yang akan segera turun ini.

Pukul 05.50

LPJ untuk pejabat tertinggi dalam Boulevard telah tiba. Dengan tampang beler, ngantuk, dan nafas bau odol para Boul’ers duduk kembali di atas karpet. Ray memulai LPJ–nya dengan sedikit mengoceh tentang asal-usul dirinya dalam Boulevard. Musyawarah (lagi-lagi) 90% (dalam perhitungan abstrak saya, ha ha ha) menyinggung total kepribadian Ray, terutama mengenai ketidaktegasannya selama kepengurusan. Namun, tidak seperti Dipta, ada beberapa orang yang mendukung calon ‘mantan PU’ ini, terutama Ika, yang memang telah yakin bahwa Ray mampu sedari awal untuk memegang jabatan tersebut.

Dalam LPJ ini saya baru pertama kali melihat Ray banyak terdiam lesu, tegang, dan tidak mengoceh seperti biasanya. Ha ha ha. Bisa juga dia anteng (kalem).

Pukul 08.55

LPJ selesai ditandai dengan mutlak (semua setuju) diterimanya LPJ Ray.

Sekitar pukul 09.40

Acara terakhir dari MuKer ini adalah pemilihan para pejabat baru di Boulevard selanjutnya. Dimulai dari PU, yang mana Ray mencalonkan Panji dan Devy. Keduanya dipersilahkan keluar sejenak agar kami, Boul’ers bebas menyuarakan pendapat mengenai plus-minus-nya memilih salah satu dari mereka.

Usai berdiskusi, kedua orang calon PU tersebut dipanggil satu-satu untuk dibantai oleh pertanyaan seputar ‘menjadi PU’. Diawali oleh Devy yang berakhir dengan kata-kata ‘Gw lebih nyaman menjadi PemRed’.

Devy dipersilahkan kembali keluar, berganti Panji. Ya pada intinya pertanyaan yang diajukan adalah sama. Langsung saja pada hasil akhir yang membuktikan bahwa ke-multiable-an Panji dalam 3 bidang Boulevard itu berarti sebagai pengantar menuju Pemimpin Umum.

Pemilihan selanjutnya adalah PemRed (Pemimpin Redaksi). Nise mencalonkan Devy (lagi?!) dan Vivin, yang tidak hadir dalam MuKer (menyusul). Namun, terlihat jelas bagi saya bahwa Nise pun sebenarnya lebih cenderung ke arah Devy yang telah meyakinkan Boul’ers bahwa Boulevard adalah prioritas utama melebihi kuliah baginya. Yang lain pun setuju, mengingat Vivin adalah orang yang sibuk. Akhirnya, hasil voting menentukan bahwa Pemimpin Redaksi baru di Boulevard adalah Devy.

Selanjutnya adalah perusahaan. Windy (TL 07) mencalonkan Hasan (KIM 06) dan Niki (STEI 08). Niki sedari awal sudah mengatakan tidak siap untuk hal ini. Untungnya pernyataan tersebut didukung oleh semua yang berpikiran sama, yakni ‘mempersiapkan Niki untuk satu tahun ke depan’. Maka, terpilihlah Hasan sebagai Pemimpin Perusahaan yang baru.

Pemimpin terakhir yang harus dipilih adalah Redaktur Artistik. Terlihat bahwa Dipta kewalahan mencari calon. Ia pun mengikuti saran Panji, yang menginginkan Gio kembali menjabat kedudukan tersebut. Dipta pun mencalonkan (prematur) Yudhi dari 2008. Namun, Yudhi menolak, malah mengoper pencalonan ini kepada Faisal yang juga 2008.

Setelah kedua calon dipersilahkan keluar, Boul’ers bermusyawarah lama. Semua kebingungan. Di antara 2 orang tersebut, semua cenderung memilih Gio. Sayangnya, Gio telah menjadi Kadiv. di himpunannya, Fisika Teknik. Belum lagi keaktifannya di Gamais, dll. Semua merasa kasihan apabila ia harus mengemban tambahan tanggung jawab (yang pernah ia emban dahulu) di sela-sela prioritasnya yang lain. Jika memilih Faisal, teman-teman se-artistik serta Panji yang notabene-nya telah menjadi Pemimpin Umum keberatan karena yakin nantinya selain harus berurusan dengan otak (pemikran) ,tapi juga harus berurusan dengan hati (perasaan). Lagipula, ditakutkan kepengurusan akan seperti pada masa Gio yang dahulu juga prematur, pengalaman kurang.

Dengan diskusi alot tersebut, Boul’ers belum menemukan mufakat. Di sela-sela, Dipta menghubungi Ciduy, memintanya untuk mau menjadi calon Redaktur Artistik. Dengan jawaban bahwa Ciduy mau menerima permintaan tersebut, akhirnya musyawarah ditunda karena menunggu ‘kampanye’ dari Ciduy esoknya di sekre, pukul 08.00.

Sekitar Pukul 14.00

Waktunya untuk pulang. Sebenarnya Ray tidak menjadwalkan pulang jam segitu, tapi apa daya energi masing-masing personal sudah tidak mencukupi untuk bersenang-senang ria. Bahkan Panji (terlihat) tidur nyenyak di atas kursi. Usai makan siang dengan ikan bakar ber-karsinogen dan pahitnya minta ampun dari Botram, Boul’ers kembali ke tempat tinggal masing-masing. Sekali lagi menumpang mobil orang.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kok lw g jadi ketua?