Selasa, 26 Mei 2009

Senang Kuliah di ITB

Tahu 'kan ada baliho ini di gerbang depan ITB...?

Seneng deh kuliah di kampus yang
ngebolehin mahasiswanya nyontek sebebas-bebasnya...

ASIIIK...!!!

nge-post di Bandung yang sering bikin saya lapar

Minggu, 24 Mei 2009

Saya BAHAGIA jadi PREMATUR...!

Kemarin saya membaca sebuah artikel tentang bayi prematur. Salah satu paragrafnya berbunyi :


Pada bayi prematur dengan usia kehamilan lebih dari 32 minggu memiliki ketahanan hidup dan prospek kualitas perkembangan lebih baik dibandingkan bayi dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu.


Sekedar ingin mengenang masa lalu. Saya pun segera mengirim pesan singkat kepada Ibu, sekedar menanyakan berapa minggu saya berada dalam kandungannya. Karena saya ingat bahwa saya pun bayi prematur.


Saya : Ma, aku dulu premature berapa minggu?

Mama : 30 minggu. Kenapa?

Saya : Ga’. Lagi baca artikel tentang premature.

(Saya lalu menyebutkan isi paragraf di atas)

Mama : Ya tapi ‘kan Ucan perkembangannya sangat baik, Sayang.

Saya : Iya, Ma. Makanya aku bilang itu ga’ berlaku.

Mama : Ya nggak juga, Sayang.

Saya : Ma, kok aku bisa premature?

Mama : Ya ‘kan kecapekan gendong kak Naufal.

Saya (dalam hati) : Wajar sih…tapi ya ampun, Ma. Nggak banget deh alasannya.

FYI : Saya dan kakak berbeda 18 bulan. Berarti, 11 bulan setelah melahirkan kakak, Ibu saya hamil lagi. Ya ampun, tidak sampai setahun di dalam perut beliau sudah ada manusia lagi…!


Dulu Ibu saya pernah bilang kalau sewaktu mengandung saya, bahkan sampai bulan ke-4, beliau masih belum tahu bahwa ia hamil. Karena baru melahirkan kakak saya, beliau rajin berolahraga, terutama aerobik supaya badannya cepat kembali ke bentuk semula. Nah…itulah yang mengganjal saya. Saya rasa saya jadi bayi prematur karena tidak bisa bernafas disebabkan oleh Ibu saya yang suka loncat-loncat selama mengandung saya.

Mungkin karena itu sekarang saya jadi anak sehat. Senang loncat-loncat dan bergerak.


Walaupun lahir secara prematur.

Walaupun harus masuk incubator.

Walaupun harus merasakan kulit keriput dan berwarna kuning.

Walaupun perkembangan saya kurang sempurna, lihat saja muka saya yang kecil.

Walaupun harus ditiban muka saya pakai bantal oleh kakak saya yang sebal karena saya dianggap mencuri perhatian Ibu.


Sekarang…lari saya ‘sedikit’ lebih cepat dari teman-teman sekelas.

Daya tahan tubuh saya ‘sedikit’ lebih tinggi dari teman-teman sekelas.

Kualitas berpikir saya (insya Allah) setara dengan teman-teman.


Hal-hal itulah yang membuat saya merasa punya kelebihan.

Saya lahir tidak normal (menurut ilmu kedokteran, prematuro adalah salah satu jenis kelahiran yang dianggap tidak normal) tapi saya bisa bertahan layaknya manusia normal.

Intinya adalah saya bahagia terlahir secara prematur!

Yeah…!

Jumat, 22 Mei 2009

Part 1 - Muslim Waspada Terhadap Simbol, Perlukah...?

Saya hanya ingin mengatakan bahwa kita sebagai muslim harus waspada terhadap simbol-simbol yang telah banyak beredar. Cari tahu arti simbol tersebut. Jangan sampai ketidaktahuan kita menjerumuskan kita pada kesesatan.

Kasus pertama :
Saya sedang menelusuri blog orang2, lalu sampailah saya pada blog ini:

http://ibnuqalil.blogspot.com/2008/04/mereka-makin-berani.html

Blog ini milik orang Malaysia (tapi jangan sensi dulu dengar kata Malaysia), tapi bisa jadi pelajaran untuk muslim di Indonesia juga. Intinya orang Malaysia itu menemukan sebuah gelas plastik bergambar koala sedang melukis seperti di bawah ini:

Jika dibalik menjadi :

Nah lho...memang makin berani mereka...

Oke. Saya tidak bisa menerima keberadaan gelas tersebut. Masa' posisi Allah disamakan dengan air? Lagipula nanti gelas plastiknya akan dibuang. Berarti sama saja dengan membuang...............

Na'udzubillah min dzalik.


Senin, 18 Mei 2009

Cerita Tentang UAS

Dialog ini terjadi pada tanggal 16 Mei 2009

Al : Can, kemarin lw pas ngerjain UAS Kimia ketawa-tawa ya?
Saya : Ha?
Al : Iya. Gw denger, Can.
Saya (berpikir sejenak) : O iya, bener.
Al : Lw ngapain sih ketawa-tawa?
Saya : Salah ya kalo gw ketawa gara2 liat soalnya?
Al : Ya nggak gede juga lah ketawanya...
Saya (dalam hati) : Jangan2 ga cuma Al doang yang denger...?

Dua hari berikutnya...
Kejadian yang sama terjadi saat UAS Kalkulus.

Sabtu, 16 Mei 2009

Kalau ada SBY Berbudi, pada ke mana mereka...?

Semalam, seperti yang sudah banyak tahu, Pak SBY telah mendeklarasikan posisi cawapresnya, Budiono, di Sabuga. Dari pagi, sebelum sampai ke kampus ITB, saya sudah melihat jalanan di sekitar kampus dipenuhi oleh bendera-bendera Partai Demokrat, mungkin dipasang sekitar 1 meter antara yang satu dengan yang lainnya.

Malamnya, saya berencana pulang lewat gerbang depan karena sempat lihat final basket TM vs MS di lap.basket. Tapi alamak, ternyata jalanan macet gara-gara Pak SBY datang. Akhirnya saya memutuskan jalan kaki saja biar lebih cepat sampai kost-an.
Satu hal yang sangat menarik perhatian saya malam tadi adalah saya tidak dapat menemukan pengamen dan penjaja makanan apapun di jalan Simpang. Posisinya diganti oleh Bapak-bapak polisi yang berjejer seperti pagar di sepanjang jalan.

Saya jadi kepikiran nih…malam tadi, para pengamen dan penjaja makanan di pinggir pasar Simpang itu bagaimana nasibnya ya? Apakah mereka…
a. Beralih profesi menjadi polisi (secara polisinya banyak banget gitu, semalam…)
b. Hilang ke negeri antah-berantah, dipindah-dunia-kan sama tukang sulap sewaan bapak-bapak polisi supaya tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan.
c. Pindah jualan dan ngamen ke Sabuga.
d. Ikut nonton Pak SBY langsung di dalam Sabuga.
e. Mupeng, duduk-duduk, mau nonton Pak SBY dari depan Sabuga.
f. Tidur di rumah masing-masing (kalau punya rumah…)
g. Main kartu
h. Numpang ke rumah Pak RT buat nonton SBY di MetroTV
i. Numpang berteduh ke toko-toko sekitar Simpang
j. dll.

Yang pasti, pemandangan seperti semalam tidak akan berlangsung lama. Soalnya tadi pagi sudah banyak pedagang kaki lima muncul lagi di trotoar pasar Simpang. Pasti nanti malam jalan Simpang penuh gerobak makanan lagi deh…

Jumat, 15 Mei 2009

Baru dua hari yang lalu saya mendengar lagu ini lagi.
Baru sadar ternyata liriknya dalam juga ya.

Kar'na Aku Setia - Sheila On 7

Lihat cara dia berjalan
Oh mengagumkan, oh mengagumkan
Ikutilah jalan pikirannya
Oh mengesankan, oh mengesankan
Ingin sekali ‘ku tunjukkan, betapa berarti senyumnya untukku

Ikutilah gerak jarinya
Kau ‘kan terkesan, kau ‘kan terkesan
Dengarlah dia mulai bernyanyi
Kau ‘kan terharu lalu membisu
Ingin sekali ‘ku katakan, betapa berarti tingkahnya bagiku

Kar’na aku s’lalu pasti mengagumi dengan hati
Di setiap jengkal indahnya, di setiap jengkal buruknya
Kar’na aku s’lalu pasti mengikuti lewat mimpi
Di setiap sudut terangnya, di setiap sudut gelapnya

Sabtu, 09 Mei 2009

Gawat ! Sindrom HARI PENTING datang...

Sebentar lagi saya bakal sampai pada satu Hari Penting. Hari Penting yang amat sangat sungguh terlalu PENTING sampai-sampai menyita pikiran saya. Kemarin (Jumat, 8 Mei 2009) saya sudah mulai merasakan sindrom menuju Hari Penting. Mulai dari saat belajar bareng Ascova di CC Barat tadi, wah…saya sudah merasa sindrom ini datang dan mulai merasuki pikiran saya. Saya jadi malas menanggapi dan suka tiba-tiba pikirannya kosong. Seharian ini saya jadi seperti itu. Bahkan saat mengerjakan UTS2 Fisika tadi. Gawat! Sindrom menuju Hari Penting ini sudah mulai merajai saya!

Bentar dulu deh..sebenarnya apa sih Hari Penting itu? Hari Penting adalah satu hari di tahun ini yang sangat PENTING bagi saya. Hanya terjadi sekali setahun dalam setiap tahunnya! Dan punya makna sangat dalam. Satu hari yang ‘nggak bisa saya beri tahu tanggalnya, yang pasti minggu depan. Tunggu ‘aja tanggal mainnya.

Saya ingat benar, sindrom ini muncul sejak saya kelas 2 SMA, waktu masih di IC. Hari-hari menjelang Hari Penting itu, saya tiba-tiba merasakan yang namanya sindrom menuju Hari Penting. Gejalanya, saya ‘ngga bisa tersenyum dan tertawa sepenuh hati selama berhari-hari, karena pikiran saya dipenuhi oleh pertanyaan ‘Bagaimana saya merayakan Hari Penting itu?’.

Akibatnya saya jadi seseorang yang anti-sosial berhari-hari. Bukan an-sos dalam arti tidak pernah berinteraksi, tapi tidak bersikap layaknya seorang makhluk sosial. Saya jadi orang yang jutek, menyebalkan, suka tiba-tiba berpikiran kosong, dan cuek. Baik di sekolah maupun di asrama. Saya jadi bersalah juga karena bikin bingung teman-teman. Mereka kira saya marah sama mereka. Padahal murni ‘nggak ada sangkut-pautnya sama mereka.

Dan sindrom ini munculnya tiba-tiba dan berkelanjutan sampai Hari Penting itu terlewati. Begitu pula tahun ini. Jadi, tolong ya, teman yang baca tulisan saya, tolong maklumi saya kalau minggu depan saya akan menjadi orang yang berbeda. Lebih banyak diam, bahkan tidak respon. Bahkan sering melamun! Bah…sebenarnya saya sih mau ‘aja masang tulisan “Baiknya JAUH-JAUH DEH SAMA ORANG INI!” di punggung saya, tapi nanti kesannya lebai banget deh.

Dan mengenai sindrom ini, saya tahu banget ini ‘ngga boleh dibiarin, harus disembuhkan! Tapi mau apalagi. Saya ‘nggak mau mengekang perkembangan sindrom ini. Saya mau sindrom ini menggerogoti pikiran dan perilaku saya selama seminggu ke depan, sampai Hari Penting itu selesai. Karena dengan adanya sindrom ini saya bisa semakin merasakan betapa pedulinya saya terhadap objek dalam Hari Penting tersebut.

Pokoknya rencana saya untuk memperingati Hari Penting nanti HARUS BERHASIL!

Syair Sang Sufi

Ilmu dan Cinta

Ketidakramahan dari orang bijak lebih baik daripada kebaikan hati orang bodoh.

Nabi berkata, “Kebencian dari kearifan lebih baik daripada rasa cinta yang datang dari orang bodoh.”

Syair seorang sufi, Jalaluddin Rumi, penyair yang karyanya sangat saya kagumi, syair yang menarik perhatian saya akan hubungan antara cinta dan kebodohan. Sajak-sajaknya memang banyak yang memuat keterkaitan antara cinta dan kebodohan. Contoh lain di bawah ini:

Dengan cinta, pahit menjadi manis

Dengan cinta, tembaga menjadi emas

Dengan cinta, sampah menjadi jernih

Dengan cinta, yang mati menjadi hidup

Dengan cinta, raja menjadi budak

Dari ilmu, cinta dapat tumbuh.

Pernahkah kebodohan menempatkan orang di atas tahta begini?

Entah apa maksud sebenarnya antara cinta dan ilmu dalam syair di atas. Hanya satu hal yang ingin saya kemukakan, bahwa menurut saya memang benar terdapat keterkaitan antara keduanya. Ilmu menimbulkan cinta.

Ilmu menimbulkan cinta .

Apakah bisa seseorang memiliki rasa cinta terhadap sesuatu yang tidak mengandung unsur ilmu? Menurut saya tidak mungkin. Tanpa suatu unsur ilmu, seseorang tak akan mampu bertahan di samping orang lain. Karena toh hari-harinya diisi oleh penurunan, bukan peninggian.

Lantas, Tuan Rumi, apakah dasar ilmu ini yang mengadakan cinta seorang sufi?

Seolah begitu dalam

Pun luas

Pun bebas

Saya yang hanya manusia biasa, dapatkah menemukan keindahan cinta layaknya cinta seorang sufi terhadap Tuhannya?

Jumat, 01 Mei 2009

BEM se-Jabodetabek menanggapi Hardiknas

BEM Se-Jabodetabek "Longmarch" Tuntut Perbaikan Pendidikan

ilustrasi unjuk rasa

Sabtu, 2 Mei 2009 | 09:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Sabtu (2/5) ini, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabodetabek dijadwalkan menggelar aksi demo dan longmarch menuntut pemerintah dan semua pihak melakukan perbaikan dan pembenahan di bidang pendidikan.

Ratusan mahasiwa dari berbagai universitas di wilayah Jabodetabek, seperti UNJ, IPB Bogor, Politeknik Negeri Jakarta, Yarsi, STEI Rawamangun, BSI, SIAMI Cempaka Putih, dan Unisma Bekasi, akan melakukan longmarch dari Tugu Proklamsi menuju Bundaran Hotel Indonesia.

"Kami targetkan 500 mahasiwa dari berbagai universitas akan turun dalam aksi ini. Kami akan mulai bergerak dari Tugu Proklamasi ke Bundaran HI sekitar pukul 11.00 WIB," ujar Ali, mahasiswa dari UNJ salah seorang koordinator aksi kepada Kompas.com.

Ali menerangkan, dalam aksi nanti, BEM akan mengajukan sejumlah tuntutan dan mendesak agenda perbaikan pendidikan nasional dalam koalisi 2009-2014. Menurut Ali, momentum pilpres pada bulan mendatang harus lebih peduli dengan persoalan pendidikan dan tidak hanya memikirkan soal bagi-bagi kekuasaan.

Aksi rancananya akan dibuka di Tugu Proklamasi dilanjutkan dengan longmarch, dan sejumlah kegiatan seperti orasi dan aksi teaterikal yang isinya menuntut perbaikan di sektor pendidikan.

"Isunya perbaikan ini menyangkut berbagai masalah pendikan yang belum tuntas mulai dari soal Badan Hukum Pendidikan, Ujian Nasional, 20 persen anggaran pendidikan, pemeraan pendidikan hingga kesejehateraan guru," ungkap Ali.

Saya menanggapi :Oke. Asal jangan bikin kerusuhan sama bikin jalanan macet, ya, Mas...