Senin, 29 Juni 2009

Esai PROKM 1: Saya, Hidup, dan Maknanya

Catatan Pendek : Ada beberapa bagian dalam esai ini yang saya hapus. Senang saat mendapati bahwa esai ini berjumlah 4 halaman. Pertama kalinya. Tapi mungkin di sini banyak sekali basa basinya dan tidak berarah. Biarinlah. Nanmanya juga belajar. Blog saya jadi kosong nih gara2 diklat. Makanya ini harus dipost-kan biar blog saya ga kosong.


Hidup berarti ada. Wujud fisik secara nyata. Ya. Saya memang sedang hidup. Ada di dunia ini. Terdampar dalam dimensi yang mengantarkan kepada sesuatu bernama kehidupan lewat perantara rahim Ibu. Bernafas, tumbuh, menanggapi rangsang, dan menunggu saatnya berkembang biak. Ciri-ciri kehidupan.

Seperti halnya apabila seseorang berniat untuk melakukan perjalanan, tentunya orang tersebut memiliki tujuan. Hal yang sama berlaku pula pada kehidupan. Manusia yang menjalani kehidupan seharusnya memiliki tujuan. Kecuali bagi mereka yang tidak memiliki tujuan, sama saja dengan mendayung perahu tanpa tahu arah. Tanpa tahu akan ke mana ia berlabuh.

Tidak memiliki tujuan hidup akan memberi pengaruh pula kepada proses hidupnya. Bagaimana ia menjalani kehidupannya. Seolah manusia tersebut tidak memiliki sesuatu yang harus dicapainya, maka ia akan menjalani kehidupan dengan santai, tanpa ambisi, dan tanpa harapan. Seolah ia akan membiarkan kotak hidupnya kosong tak berisi. Itulah mengapa tujuan hidup perlu mendapat prioritas dalam hidup manusia.

Dalam mencapai tujuannya, manusia harus melaksanakan proses. Bagi saya, di sinilah letak komponen terpenting dalam kehidupan. Mengapa? Karena proses berkehidupan adalah satu-satunya komponen dalam hidup yang murni segala sesuatunya berasal dari manusia tersebut.

Analogikan penciptaan manusia dengan produksi barang. Ada input (pemasukan), proses, dan output (hasil). Input (pemasukan) bagi manusia ditentukan oleh Tuhan, Sang Pencipta, dalam wujud pemberian akal, kemampuan fisik, dan kecerdasan. Anugerah yang menjadikan manusia menjadi makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain ciptaan-Nya. Anugerah-anugerah itulah yang disebut sebagai modal berkehidupan bagi manusia.

Begitu pula dengan output (hasil). Murni berasal dari Tuhan, karena Ia adalah Sang Pemberi Keputusan. Ditilik dari analogi tersebut, menurut saya manusia hanya dapat melaksanakan proses, akan tetapi tidak dapat mengatur modal dan hasil. Oleh karena itu, menjalani kehidupan bagi saya hanya berfokus pada proses.

Seorang teman pernah berkata, “Tuhan tidak sedang melempar dadu.” Jelas hal ini mengandung makna yang erat akan hasil bagi perjalanan kehidupan manusia. Jika Tuhan ingin memberikan hasil dengan cara melempar dadu, maka apa pula gunanya kita sebagai manusia berusaha menjalani kehidupan dengan baik. Karena hasil dari proses kita seolah berpatokan pada keberuntungan dan keapesan, bukan makna tersembunyi dari keputusan Tuhan.

Berdasar pada pernyataan “Tuhan tidak sedang melempar dadu”, maka Dia pasti memiliki maksud tersendiri akan hasil dari usaha bagi setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Sebagaimana dalam sebuah firman yang menyebutkan bahwa Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Ditilik dari firman tersebut,, maka, peranan proses memang benar ada. Proses yang dikaitkan dengan firman di atas adalah usaha. Usaha yang baik sangat besar kemungkinannya akan menimbulkan hasil yang baik bagi manusia yang menjalaninya (cobalah kaitkan sendiri dengan pernyataan “Tuhan tidak sedang melempar dadu”). Dalam menjalankan proses inilah peranan memaknai hidup diperlukan. Namun sebelumnya, apa itu makna hidup?

Makna adalah arti; maksud. Makna hidup adalah arti; maksud dari setiap kejadian dan kondisi dari kehidupan yang dijalani oleh setiap manusia. Sesungguhnya setiap kejadian dan kondisi dalam kehidupan manusia selalu memiliki makna. Namun, makna yang dimaksud berdasarkan pandangan Tuhan dan tidak ada seorangpun manusia yang mengetahui. Ya. Makna lebih tepat dikatakan sebagai pengetahuan. Dan makna hidup yang barusan saya sebut merupakan pengetahuan Tuhan.

Maka, hidup menjadi bermakna bagi seorang manusia karena kita sendiri yang berusaha memberikan makna kepadanya berdasarkan pandangan kita. Inilah hal yang menurut saya disebut sebagai memaknai hidup.

Mengapa kita perlu memaknai hidup? Karena ia memiliki peranan penting bagi kehidupan. Yakni membuat kita dapat menjalankan proses hidup dengan fluktuatif dinamis. Dalam arti tidak sekedar menjalankan proses dengan statis. Yang begitu-begitu saja. Lurus. Karena memaknai hidup menjadikan proses berkehidupan kita dipenuhi dengan bumbu-bumbu naluri, intuisi, perasaan, konflik, dan pertahanan diri. Dengan adanya bumbu-bumbu ini, proses menjalani hidup akan menjadi menarik dan menyenangkan. Secara langsung hal ini akan berpengaruh pada semangat berusaha kita untuk mencapai tujuan pun meningkat.

Lantas, bagaimana caranya saya memaknai hidup? Satu-satunya hal yang patut dilakukan adalah dengan belajar. Mengapa saya katakan belajar? Dalam kamus disebutkan bahwa belajar adalah usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, makna adalah pengetahuan. Maka saya katakan bahwa definisi belajar merupakan definisi yang paling tepat untuk digunakan.

Selain itu, hanya manusia yang selalu belajarlah yang tidak memiliki kepuasan akan segala hal yang telah ia dapat. Oleh karenanya ia akan selalu berusaha mendapatkan lagi dan lagi. Fitrah manusia yang selalu tidak merasa puas. Dan itu selalu baik selama saya menjalani hidup karena mampu mendorong saya untuk terus berusaha. Itulah filosofi penggunaan kata belajar bagi saya.

Belajar untuk memaknai hidup tidak terpaku pada ukuran akademik atau mata kuliah apapun. Dalam memaknai hidup selama 18 tahun ini, saya akhirnya mampu menyadari bahwa aspek pengembangan merupakan aspek yang paling berpengaruh untuk memaknai hidup.

Aspek pengembangan sendiri dibagi menjadi beberapa sub-aspek, yakni pandangan, kepribadian, dan keahlian. Penjelasannya akan lebih mudah untuk dibahas melalui contoh. Contoh terdekatnya setelah saya berstatus mahasiswa di kampus Ganesha. Mengembangkan pandangan dan kepribadian saya pelajari dengan cara memperhatikan dan berkomunikasi dengan kawan-kawan di kampus. Mulai dari memperhatikan blog, forum, diskusi, dan pembicaraan. Lalu dilanjutkan dengan berkomunikasi dan bergaul dengan kawan-kawan tersebut. Ini adalah cara yang benar-benar ampuh untuk mengembangkan dua sub-aspek pengembangan.

Aspek pengembangan keahlian saya pelajari dengan mengikuti berbagai unit, diklat, dan kepanitiaan di kampus ini. Misalnya, mengembangkan keahlian menulis saya pelajari di unit Boulevard, mengembangkan keahlian merecycle-paper saya pelajari di unit Ugreen, mengembangkan keahlian organisasi dengan spesifiknya koordinasi saya pelajari saat mengikuti kepanitiaan Panpel Pemira KM ITB, mengembangkan keahlian berpikir solutif saya pelajari ketika bergabung dengan forum angkatan 2008, dan masih banyak pengembangan keahlian lain.

Dan sesungguhnya ketiga aspek pengembangan tersebut bagi saya memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan semakin berkembangnya pandangan, saya menyadari bahwa saya tidak sendirian hidup di dunia ini. Apabila ditarik lebih jauh, saya akhirnya dapat menentukan tujuan hidup yang sebenarnya. Tidak asal-asalan untuk menjadi orang sukses seperti yang diimpikan dahulu.

Tujuan jangka panjang saya yakni menggapai ridho Allah untuk kesuksesan akhirat. Tak lain tak bukan karena saya adalah seorang muslim. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah berkontribusi untuk kemaslahatan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, saya perlu melakukan sesuatu yang memerlukan keahlian. Itulah sebabnya saya merasa perlu untuk belajar mengembangkan keahlian. Apalagi saya yang berstatus mahasiswa ini, selaku calon teknokrat, tentu saat terjun dalam keprofesian akan banyak bersosialisasi dengan masyarakat. Tak pelak, manusia sebagai zoon politicon, yakni makhluk sosial. Dalam bersosialisasi diperlukan kepribadian yang baik agar dapat diterima masyarakat. Itulah sebabnya perlu pembelajaran terhadap pengembangan kepribadian.

Setelah menulis panjang-panjang, saya kira ada baiknya untuk berusaha merangkum setidaknya poin-poin penting dari pernyataan-pernyataan di atas. Pada intinya, hidup bagi saya memang berfokus pada proses. Proses yang memerlukan pemaknaan hidup agar apa-apa yang saya jalani, saya lakukan, tidak bersifat statis. Dan tentu saja agar menarik untuk dilalui sehingga menimbulkan semangat dalam menjalaninya. Lantas, bagaimana cara memaknainya? Bagi saya pun hal ini berfokus pada kata belajar dengan spesifikasi pembelajaran pada aspek pengembangan pandangan, keahlian, dan kepribadian.




1 komentar:

vera mengatakan...

bagus san tulisannya :)