1. Menyampaikan kebenaran
Kebenaran yang dimaksud untuk disampaikan oleh seorang jurnalis adalah kebenaran yang fungsional.Namun, tidak semua kebenaran yang fungsional itu berlaku secara umum. Menurut pandangan orang, kebenaran itu bisa berbeda. Lihat aja zaman sekarang ini, 1 + 1 nggak akan selalu 2 kan? Ada yang bilang jendela, 11, dsb. Oleh karena itu kebenaran yang fungsional itu bisa direvisi. Apalagi sekarang zaman makin berkembang. Pemikiran dan pendapat masyarakat juga bisa berkembang.
- Sisi pertama yakni pembaca, memiliki kepentingan sebagai konsumen a.k.a pihak yang berhak mendapatkan berita yang relevan dan aktual.
- Sisi kedua yakni pemasang iklan, memiliki kepentingan sebagai penyalur dana yang dengan simbiosis mutualismenya dengan media perlu dikenal oleh publik.
- Sisi ketiga yakni publik, memiliki kepentingan sebagai pihak yang ingin disalurkan aspirasinya kepada masyarakat sekaligus mengetahui aspirasi masyarakat lain.
Verifikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi yang akurat. Namun, tujuan dari verifikasi itu sendiri tidak akan tercapai tanpa disertai tata cara dalam ber-verifikasi. Nah, sebelum sampai pada tata cara, ada beberapa konsep dalam verifikasi itu sendiri, yakni:
a. Jangan mengarang atau menambah apa pun.
b. Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pendengar, dan pemirsa.
c. Bersikap transparan alias terbukalah dalam melakukan reportase.
d. Bersandar pada reportase sendiri. Yakinlah dengan apa yang kau dapat. (*-*)
e. Bersikap rendah hati.
Sedangkan tata caranya...
a. Bersikap skeptis. Jangan cepat percaya dengan apapun. Dengan bersikap skeptis, akan mendorong jurnalis untuk lebih berpikir kritis.
b. Memeriksa akurasi.
Akurat yang dimaksud adalah semua informasi yang disuguhkan tidak kurang, tidak berlebihan, disuguhkan dengan sumber-sumber yang jelas, nama lengkap, angka, waktu, jarak, ukuran, tempat, dan sebagainya.
d. Mengecek fakta.
Pada dasarnya publik menginginkan tidak hanya hiburan, tetapi juga laporan yang relevan dan perlu. Namun, seringkali laporan tersebut tidak digubris karena dianggap tidak memikat. Jadi bagaimana cara menjadikan suatu laporan memikat sekaligus relevan?
Bidang jurnalis berkaitan erat dengan penulisan narasi. Namun, sesungguhnya menulis narasi yang memikat, menarik, dan relevan butuh waktu lama. Banyak contoh laporan yang dikerjakan selama berbulan-bulan, terkadang malah bertahun-tahun. Padahal waktu termasuk hal yang sulit untuk ditolerir dalam bidang jurnalisme. Oleh karena itulah, seorang jurnalis perlu belajar menulis narasi dalam suatu batas waktu.
Berita yang proposional dan komprehensif dapat dilihat dari keselarasan antara judul dan isi yang tidak berat sebelah. Hilangnya elemen jurnalisme ke-8 pada berita-berita dapat diperhitungkan dari judul yang terlalu sensasional serta isi yang terlalu memojokkan. Sayangnya, hal tersebutlah yang biasa dilakukan jurnalis untuk menarik perhatian umum.
Mengenai berita apa yang diangkat, apa yang penting, dan apa yang dijadikan berita utama, antara seorang jurnalis dan pembaca penilaiannya bisa berbeda. Namun, pada umumnya masyarakat dapat mengetahui apakah jurnalis itu berusaha proporsional dengan beritanya atau hanya ingin mengundang perhatian.
Sangat sering seorang jurnalis dihadapkan pada keputusan yang harus dipertimbangkan dengan hati nurani. Meskipun atasan (redaktur) dapat dikatakan sebagai si penentu, namun seorang jurnalis berhak untuk menolak bahkan menentang jika apa yang dikatakan oleh atasan tidak sesuai dengan hati nuraninya.
(Kembali ke elemen ke-4), jurnalis yang independen adalah yang bisa menggunakan hati nuraninya tanpa tekanan dan iming-iming, termasuk tekanan atasan dan kehilangan pekerjaan.
"Citizens, too, have rights and responsibilities when it comes to the news."
Berdasarkan pada elemen ke-10, kini masyarakat tidak hanya berperan menjadi consumer atau pembaca, tapi juga dapat menjadi producen alias seorang jurnalis. Masyarakat yang memproduksi berita dibantu dengan adanya perkembangan teknologi informasi, khususnya internet yang memuat adanya blog, online journalism, jurnalisme warga, jurnalisme komunitas, dan media alternatif lainnya.
Hal ini sebenarnya diilhami dari kekecewaan publik terhadap media mainstream yang ada sekarang. Dan karena tingkat kepercayaan publik terhadap media terus merosot, publik akhirnya mencari solusi untuk memuat maupun mendapatkan berita dari pihak lain, yakni masyarakat itu sendiri.
Untuk kakak2 Boul, kiranya sekian tugas resume saya. Untuk pembaca, semoga mengerti apa yang gw tulis. Kan gw baru calon jurnalis. Ga masuk Boulevard, ga jurnalis nih...(ahh...lebai).
2 komentar:
yah... jadi rada nyesel ga ikutan boulevard >_<
eh, ini ucan bukan?
Hi,Boulevard sudah baca resume kamu. Tetap rajin menulis yah.
Posting Komentar