Selasa, 20 Oktober 2009
Kamis, 24 September 2009
Tren Baru Anak Indonesia
Tidak salah memang jika kesadaran akan kepemilikan budaya ASLI Indonesia baru digembar-gemborkan sekarang, toh banyak yang dahulu sebelum 'itu' mengklaim yang macam-macam, kita, bahkan saya, sebagai warga Indonesia sering lupa dengan keberadaan produk-produk ASLI budaya Indonesia.
Salah satunya adalah batik. Ya. Sepertinya batik merupakan barang klaiman yang efeknya paling heboh, menurut saya. Untunglah respon negatif sana-sini bangsa Indonesia mendapat tanggapan. Dibuktikan dengan adanya PEMATENAN BATIK INDONESIA SEBAGAI WARISAN KEKAYAAN BUDAYA dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tanggal 2 Oktober 2009 nanti. Maka, diharapkan, bahkan Presiden SBY pun meminta seluruh warga Indonesia mengenakan batik untuk memperingati hal tersebut.
Nah...mari lanjut pada kondisi sebelum 2 Oktober 2009.
Publikasi yang mantap sudah terlaksana perihal penggunaan batik pada tanggal 2 Oktober 2009 nanti. Termasuk di kampus saya. Sebagian besar tahu, mungkin. Langsung 'aja deh. Yang mau saya angkat adalah munculnya batik di kalangan anak muda (remaja, maksudnya) yang baru mencuat akhir2 ini, hitunglah sejak 2/3 bulan yang lalu.
Apa itu?
BATIK MEGA MENDUNG
Mega Mendung? Keren lho namanya. Motifnya juga oke.
Ini dia...
Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya.
Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera cina.
Motif mega mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi penghidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan. (sumber)
Sekarang, Mega Mendung nggak cuma berlatar biru. Semua warna kayaknya ada di toko-toko.
Lalu bagaimana awal perkenalan saya (kayak 'udah kenalan 'aja) sama batik ini? Dari mama, pastinya. Mama saya ternyata 'udah punya beberapa baju Batik Mega Mendung yang dia jahit sendiri (maksudnya beli kain terus dibawa ke tukang jahit). Baru pas lebaran kemarin saya sadar kalau si mama punya. Wow. Ibu-ibu jaman sekarang emang tahu apa yang lagi nge-tren.
Dan tahu nggak?
Bahkan di Plurk pun pada rame minta titipan Batik Mega Mendung dari kawan2nya yang mudik ke Cirebon (saya mudik ke Cirebon lho). Ya pokoknya entah kenapa tren batik motif ini tiba2 mencuat begitu 'aja. Banyak kalangan yang memakainya, mulai dari entertainer sampai anak-anak SD yang dipaksa punya batik oleh orangtuanya. Ya mungkin kejadiannya sama seperti tren2 model baju lain ya, ada satu artis 'aja yang pakai, semua mengikuti.
Gara-gara itu nih saya jadi was-was kalau di kampus ketemu temen yang pake Batik Mega Mendung warna coklat susu tanggal 2 Oktober nanti.
Soalnya saya mau pake batik itu.
Hahaha...
*Jujur nih, saya nggak tahu kalau ternyata batik motif ini lagi nge-tren di antara temen2. Jadi rada nyesel deh kenapa terima tawaran si mama buat beli batik yang-dia-tahu-lagi-nge-tren. Samaan sama orang lain 'aja entar, malu deh. Tau gitu pilih motif lain. Yah...
Sabtu, 19 September 2009
ITB FAIR 2010
Sudah sebuah kepastian bahwa ITB, sebagai Institut Seni, Sains, dan Teknologi memiliki ragam potensi. Potensi-potensi ini kini tidak dapat dipungkiri memiliki perbedaan satu sama lain, namun yang paling utama disini adalah ragam keprofesian. Ragam inilah yang menjadi dasar dari mahasiswa ITB. Ragam ini pulalah yang menjadi kebutuhan dasar dan faktor identitas dari mahasiswa ITB.
Untuk menjawab hal-hal itu, tergagaslah ide Ganesha Bersinar, yang diwujudkan dalam ITB FAIR 2010. Yang proses keberlangsungannya akan diadakan dalam 2-3 hari. Namun, sebenarnya titik gerakan utama ini berasal dari gerakan 5 bulan yang akan memiliki dampak berjangka panjang.
Bagaimana dengan langkah-langkahnya?
BERGERAK yaitu sebagai aksi memfasilitasi gerakan-gerakan keprofesian yang telah tersebar di berbagai himpunan mahasiswa jurusan
SINERGIS sebagai aksis memeratakan kemampuan keprofesian KM ITB
BERKARYA sebagai penginspirasi atas pergerakan dunia keprofesian
Tujuan utama diadakan ITB FAIR 2010 itu sendiri adalah,
"Mensinergikan gerakan keprofesian ITB dengan menciptakan muara gerak pengembangan komunitas sebagai suatu semangat bersama agar tercipta suatu `new movement of students' di Indonesia".
:: puncak eskalasi Kabinet KM ITB, inisiasi berkreasi dan berkarya,manfaat bagi orang lain, kolaborasi dan prestise dan apresiasi ::
ITBFAIR 2010 menjadi :
1.Puncak kegiatan Keprofesian mahasiswa
2.Memberi manfaat secara langsung kepada Masyarakat (ex.instalasi karya) juga secara tidak langsung kepada masyarakat (ex.pendidikan, informasi)
3.Momentum inovasi IPTEKS sebagai solusi permasalahan yang ada
4.Mendorong partisipasi, komunikasi dan kolaborasi lintas keprofesian maupun sinergisasi dan kerjasama dengan berbagai pihak
this is OUR BIG MOVEMENT !
Latar belakang dan tujuan ITBFAIR 2010 , dituangkan dalam berbagai bentuk rangkaian acara:
1) Community Development Contess (CDC) :
CDC melombakan gagasan mahasiswa dari lintas jurusan untuk bersama- sama memecahkan suatu permasalahan di masyarakat berupa rancangan program pengembangan komunitas. Basis peserta merupakan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) yang berkolaborasi bersama HMJ lainnya dan peserta dari perguruan tinggi lain.
2) Idea Mall
Mall ide adalah suatu wahana tempat berkumpulnya berbagai ide yang inspiratif. Konsep mall ide terdiri dari berbagai display karya expertise di bidang pengembangan komunitas (LSM), display karya expertise yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.
3) Konferensi Mahasiswa
Kehadiran mahasiswa Indonesia diharapkan mampu dimanfaatkan secara lebih. Mahasiswa dari seluruh Indonesia diharapkan mampu saling bertukar pikiran akan isu integrasi keprofesian dengan pengembangan komunitas.
4) Expo
Publikasi karya umum mahasiwa ITB dan Pameran karya dan inovasi mahasiswa.
5) Karnaval
Karnaval merupakan suatu trademark positif.
6) Art and music performance
Seni dan musik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Penampilan seni dan musik diharapkan mampu menyemarakkan ITB FAIR 2010.
7) Launching Majalah
Majalah keprofesian ITB diharapkan mampu menjadi enzim penjaga sustainability budaya berkarya di ITB khusunya dan mahasiswa Indonesia umumnya. Konsep majalah keprofesian ini akan dibuat paperless alias digital yang dipasarkan melalui situs- situs jejaring sosial.
8) Community Service
Kegiatan ini dimaksudkan agar ITB FAIR 2010 tetap membumi dengan melakukan langkah konkret jangka pendek kepada masyarakat.
9) Zero waste event
10) Kegiatan-kegiatan lainnya yang ternaung didalam PRE and EVENT.
11) Etc.
Senin, 14 September 2009
ZWE dalam BUBAR-IN TL
Ayo kita cari tahu dulu apa sih sebenarnya Zero Waste itu?
“Zero Waste berarti memanfaatkan sampah semaksimal mungkin dengan cara pengolahan yang terintegrasi, sedekat mungkin dari sumber sampah, dan dapat menghasilkan produk baru atau bahan daur ulang dan meningkatkan pendapatan masyarakat.” (sumber)
Sedikit bahasa dewa sepertinya, tapi ya intinya adalah minimalisasi sampah. Dalam acara BUBAR-IN TL kemarin, kami benar2 memikirkan setiap sampah yang diperkirakan akan muncul, tidak lupa mekanisme pembuangan, dan akan ke mana sampah tersebut setelah kegiatan selesai.
Dari segi properti, untuk shalat berjamaah, kami tidak menggunakan koran seperti pada saat lebaran, melainkan ponco (jas hujan) bersih sebagai alas shalat.
Untuk pemberian nama2 kelompok dan daftar absensi, kami menggunakan kertas reuse, yakni kertas yang salah satu bagiannya sudah terisi namun bagian di baliknya masih kosong.
Dalam acara kemarin pun, tempat sampah dibagi menjadi 3 jenis, yakni sampah organik ( con : sisa makanan & daun pisang), sampah non-organik & tak terpakai yang dibagi lagi menjadi dua tempat sampah (con : kardus bekas makanan berat, tissue, kertas reuse bekas nama kelompok, sendok plastic, gelas tajil), dan sampah dapat dipakai lagi u/ dekor wisuda ^_^ (con : gelas aqua).
Pemilahan jenis sampah ini intinya adalah mengajarkan mahasiswa untuk mau memilah sampah SENDIRI. Pemilahannya pun dinilai efektif dan jelas akhirnya akan ke mana sampah2 tersebut. Sampah membusuk akan dibawa oleh petugas kebersihan esok paginya (kami tidak bisa mengusahakan petugas kebersihan mau datang ke kampus pada malam hari), sampah jenis kedua -aduh saya lupa kalau yang ini diserahkan ke mana- , sampah jenis ketiga untuk sementara disemayamkan di tempat Agni TL08 karena basecamp Bhupalaka belum jadi (in reconstruction).
Dari segi pelaksanaan, lumayan membuat antre. Ya iyalah. Ada 3 jenis sampah yang harus dibuang dalam 3 tempat berbeda hanya dari satu kotak makanan berat. Belum lagi tajil dll. Untunglah hal ini sudah diperkirakan oleh Lieke, PJ ZWE untuk acara ini. Beberapa orang sudah ditempatkan di sekitar 3 tempat sampah untuk membantu mekanisme pembuangan sekaligus mengingatkan kembali jenis2 sampah yang akan dibuang.
Mungkin segitu saja beberapa hal yang bisa dibagi oleh saya, salah satu Bhupalaka. Semoga bermanfaat.
Sempat Wawancara Calon Rektor Baru ITB
Sekitar akhir bulan Juli, mendadak sore itu Yunus PL08, sesama anggota unit Boulevard, meminta saya menemaninya mewawancarai (lebih tepatnya mencatat jawaban karena dia tidak punya alat rekam) salah satu calon rektor baru ITB di gedung Anex. Sebut saja Bapak A (jelas bukan nama sebenarnya). Yunus menjanjikan wawancaranya hanya sebentar karena sang narasumber memang dikenalnya sebagai orang yang hemat bicara.
Yunus sebenarnya merencanakan janji mewawancara pukul 13.00. Namun, kebetulan saat itu kami sesama taplok PROKM sedang menyelesaikan panji bersama sebatalion. Keasyikan sepertinya dan jadilah Yunus sengaja mengaretkan jadwal wawancaranya sampai pukul 14.30 tanpa memberitahu si Bapak A terlebih dulu.
Tiba di gedung Anex, kami segera menuju ruangan si Bapak A. Salah satu stafnya berkata, “dari Boulevard? Lho kan janjinya jam 1.” Ya. Dengan sangat tidak enak hati kami hanya mengangguk dan nyengir. Untung si ibu itu membolehkan kami masuk karena Bapak A sedang tidak ada kegiatan (atau sengaja meniadakan kegiatan semacam rapat demi wawancara dengan kami yang temanya “Profil Calon Rektor Baru ITB” Bisa sekalian promosi kan. Who knows)
Wawancara dimulai. Tanpa alat perekam, tangan saya siap mencatat seluruh jawaban si Bapak A. Apa ya pertanyaan pertama? Saya lupa. Yang pasti ketika ditanya hobi beliau, dijawabnya “olahraga”.
Beranjak ke pertanyaan ke-berapa saya lupa, tentang visi mencalonkan diri sebagai rektor. Inti jawabannya ialah karena beliau sudah terlalu lama menjabat di rektorat. Bertahun-tahun. Tapi bukan sebagai rektor, tentunya. Lalu, beliau mencita-citakan nuansa kampus yang akademis.
Sampai kepada pertanyaan berikut.
Yunus : “Jadi, menurut Bapak apa kekurangan dari kinerja rektorat sekarang?”
Bapak A, “Ya kalau di bagian saya sih saya lihat sudah bagus, ya. (Ya iyalah, bagian Anda). Yang kurang itu ada di bagian kemahasiswaan, ya.”
Hening sejenak. Bapak ini memang hemat bicara.
Yunus : “Bisa tolong dijelaskan, Pak, apa yang kurang?”
Bapak A : “Masalah mahasiswa itu. Jurusan. Yang semacam arak2an dan perpeloncoan itu.”
Yunus : “Kaderisasi, maksud Bapak? Apa yang menurut Bapak kurang dari situ?”
Bapak A : “Ya. Itu. Kaderisasi. Yang kurang? Ya Karena itu. Saya lihat masih ada perpeloncoan. Jadi ya dihapuskan saja semua. Nggak ada gunanya. Arak-arakan juga. Bikin pertengkaran saja. Dihapus saja itu semua. Lebih baik kita membuat penemuan2, membuat karya yang bisa dibanggakan.”
Yunus : “Oh jadi Bapak kurang setuju dengan adanya arak2an dan kaderisasi ya, Pak?”
Bapak A : ”Ya iya.”
Yunus : ”Apa semua kaderisasi di ITB menurut Bapak seperti itu, Pak? Dan kalau begitu, jika Bapak nanti menjadi rektor, kegiatan semacam itu apakah akan ditiadakan?”
Bapak A : ”Ya iya. Pokoknya hapus saja semua bentuk kegiatan kaderisasi sampai sekecil apapun. Nggak perlu ada. Kita tingkatkan saja sisi akademisnya. Ini kan institut. Tempat orang2 belajar.”
Yunus : ”Kalau arak-arakan, Pak?”
Bapak A : ”Sama saja. Arak-arakan itu bagusnya ditiadakan juga. Kerjanya kan cuma bertengkar saja antar jurusan.”
Tanpa berniat berdebat, kami akhirnya menyudahi wawancara. Usai pamit, kami mengobrol sedikit di angkot mengenai hasil wawancara tadi. Intinya, zaman rektor sekarang saja, mahasiswa merasa berat (apa ya bahasanya?) seolah dicekoki akademis melulu, apalagi kalau si Bapak A ini yang menjabat rektor baru nanti?
Tidak bermaksud menyudutkan salah satu pihak. Karena keyakinan pribadi berasal dari pendapat mas/jeng (baca: pembaca) masing2. Mungkin banyak yang mendukung visi si Bapak A, beranggapan sama bahwa segala bentuk kegiatan kaderisasi itu tidak usah ada, begitu pula dengan arak2an. Berkarya adalah perilaku yang lebih baik untuk menunjukkan eksistensi institut dan berkontribusi. Silahkan bentuk argumentasi sendiri.
Tapi kalau saya pribadi sih, tidak setuju. Arak-arakan sesungguhnya menjadi hiburan besar bagi mahasiswa, terutama TPB (dulu saya menyaksikan wisuda saat TPB, ya saya sih senang2 saja, seperti lihat karnaval). Lalu kaderisasi. Menilik dari kegiatan kaderisasi, contohnya, himpunan dari jurusan saya, meski kegiatannya baru sebatas kulit, tapi saya pikir tanpa adanya rangkaian kegiatan tersebut, sebutlah tugas2 angkatan. Angkatan saya mana pada bisa berusaha saling mengenal lebih dekat dari awal masuk jurusan? Sulit untuk bisa dekat kalau tidak difasilitasi dengan kegiatan semacam itu di sela2 kepentingan akademis. Karena kami seangkatan, bukan hanya setahun-4 tahun bareng2, tapi seumur hidup. Begitu pula hubungan angkatan 2008 dengan senior maupun calon adik angkatan. Bakal terikat seumur hidup dalam komunitas Teknik bla bla bla ITB. Dan usaha menimbulkan rasa kebersamaan, memunculkan rasa peduli sesama, tidak bisa hanya dengan belajar di kelas/laboratorium. Yakin deh.
Kembali lagi. Arak-arakan, sesuai kata Pak Sumanto, salah satu dosen di prodi Matematika ITB, pada dasarnya diperlukan untuk menunjukkan pada warga, khususnya warga Bandung, akan keberadaan sarjana-sarjana ITB yang siap terjun langsung ke masyarakat. Kaderisasi, kata saya (biarin deh disebut sotoy) pada dasarnya diperlukan untuk membentuk insan-insan/generasi penerus sebuah komunitas/organisasi yang sesuai dengan visi komunitas/organisasi tersebut. Toh keduanya banyak manfaatnya, kata saya lagi. Jadi kenapa harus dihapuskan sampai tuntas tas tas?
Yang dihapus mah pelaksanaannya yang berkaitan dengan tindak kurang terpuji saja (duile…bahasanya), misalnya perkelahian antar jurusan di arak2an (sayangnya arogansi himpunan & musuh himpunan seolah sudah membudaya di beberapa jurusan) dan hukuman fisik secara langsung antara senior terhadap juniornya (contohnya menampar si junior, saya dengar ada nih di ITB. Cuma dengar, belum tentu benar). Tambahan lagi, kaderisasi himpunan salah satu tujuannya memperkenalkan keprofesian kan? Bagus dong.
Wah ternyata sudah malam pas menulis ini. Disudahi sajalah tulisannya. Tulisan yang isinya hanya selentingan tentang pendapat saya mengenai kegiatan di kampus. Setiap pribadi bisa berbeda. Tapi tidak ada salahnya kan berbagi pendapat?
Rabu, 09 September 2009
RINDU
Tangan gatal
Rindu berat
u/ menulis
Janji deh sebelum lebaran tahun ini saya bakal posting minimal 2 tulisan...